Cardiogenic shock
Syok yang disebabkan karena kegagalan pada jantung untuk memberikan perfusi yang cukup pada jaringan sistemik. Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian terbanyak pada pasien dengan infark miokard akut dengan mortalitas hingga 80% tanpa penanganan yang agresif.
Syok kardiogenik terjadi pada 7-10% kasus miokard infark. Jika pasien dengan miokard infark memiliki diabetes, kemungkinan menjadi syok kardiogenik naik 2 kali lipat.
Waktu median sejak onset infark hingga terjadinya syok kardiogenik adalah 5,6 jam. Oleh karena itu terapi yang agresif harus segera dilakukan.
Syok kardiogenik terjadi pada 7-10% kasus miokard infark. Jika pasien dengan miokard infark memiliki diabetes, kemungkinan menjadi syok kardiogenik naik 2 kali lipat.
Waktu median sejak onset infark hingga terjadinya syok kardiogenik adalah 5,6 jam. Oleh karena itu terapi yang agresif harus segera dilakukan.
Definisi
Hipoperfusi sistemik karena kelainan pada jantung jantung, ditandai dengan :
a. Cardiac index (CO / body surface (in square meter) : <2.2 L/min/m2, normal 2,5 -4,0 L/min/m2
b. Hipotensi sistolik : <90 mmHg meskipun peningkatan PCWP (Pulmonary capillary wedge pressure) hingga >18mmHg
*PCWP adalah perhitungan tidak langsung terhadap tekanan atrium kiri. (karena terlalu berbahya memasukan kateter ke dalam atrium kiri , jadi memakai swan ganz cateter buat cek PCWP...
*CS adalah pembunuh nomer 1 pada pasien yang masuk rumah sait dengan akut MI , biasanya dengan kasus STEMI
a. Cardiac index (CO / body surface (in square meter) : <2.2 L/min/m2, normal 2,5 -4,0 L/min/m2
b. Hipotensi sistolik : <90 mmHg meskipun peningkatan PCWP (Pulmonary capillary wedge pressure) hingga >18mmHg
*PCWP adalah perhitungan tidak langsung terhadap tekanan atrium kiri. (karena terlalu berbahya memasukan kateter ke dalam atrium kiri , jadi memakai swan ganz cateter buat cek PCWP...
*CS adalah pembunuh nomer 1 pada pasien yang masuk rumah sait dengan akut MI , biasanya dengan kasus STEMI
Etiologi
MI (Gangal jantung kiri akibat disfungsi sistolik = 74.5%) , Mitral regurgitas akut (8.3%), Ruptur septum ventrikel (4.6%), Cardiac arrhythmia, gagal jantung
Risk factor
Risk factor untuk infark miokard (semua hal yang bisa menyebabkan hipoperfusi pada arteri yang menyuplai jantung)
Patologi dan patogenesis
Syok kardiogenik sering disebabkan oleh infark miokard. Infark miokard dapat menyebabkan disfungsi sistolik maupun diastolik.
Disfungsi sistolik menyebabkan penurunan curah jantung dan volume sekuncup -> Penurunan perfusi sistemik -> Mekanisme kompensasi dengan vasokonstrksi -> Kerusakan myocardium yang progressif yang berujung pada kematian
Disfungsi diastolic dapat menyebabkan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri -> Hypoxemia -> ischemia -> Kerusakan myocardium yang progressif yang berujung pada kematian
Disfungsi sistolik menyebabkan penurunan curah jantung dan volume sekuncup -> Penurunan perfusi sistemik -> Mekanisme kompensasi dengan vasokonstrksi -> Kerusakan myocardium yang progressif yang berujung pada kematian
Disfungsi diastolic dapat menyebabkan peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri -> Hypoxemia -> ischemia -> Kerusakan myocardium yang progressif yang berujung pada kematian
Tanda dan gejala
a. Chest pain
b. Dyspnea
c. Pucat
d. Berkeringat
e. Agitasi
f. Denyut lemat dan cepat
g. Tachypnea
h. Jugular venous distention
i. Oliguria (<30ml/h)
Lab :
a. Leukocytosis , shift to the left
b. BUN dan creatine meningkat
c. Hepatic transaminase meningkat
d. Peningkatan asam laktat
*Pada RV infarct yang menyebabkan shock kardiogenik sangat sensitif terhadap penurunan volume dan pemburukan bradikardi. Ciri khas dari RV shok adalah tidak adanya pulmonary congestion, high right atrial pressure, RV dilation and dysfunction.
b. Dyspnea
c. Pucat
d. Berkeringat
e. Agitasi
f. Denyut lemat dan cepat
g. Tachypnea
h. Jugular venous distention
i. Oliguria (<30ml/h)
Lab :
a. Leukocytosis , shift to the left
b. BUN dan creatine meningkat
c. Hepatic transaminase meningkat
d. Peningkatan asam laktat
*Pada RV infarct yang menyebabkan shock kardiogenik sangat sensitif terhadap penurunan volume dan pemburukan bradikardi. Ciri khas dari RV shok adalah tidak adanya pulmonary congestion, high right atrial pressure, RV dilation and dysfunction.
Diagnosis
a. Adanya kriteria :
c. Diagnosis untuk mengetahui penyakit yang mendasari syok kardiogenik
- Systemic hypotension <90mmHg persistent for 30 minutes
- Reduced systolic cardiac function (Cardiac index <2,2 L/min/m2)
- Hipoperfusi jaringan (oliguria, cold extremities, confusion)
- Peningkatan tekanan atrium kiri (PCWP >18mmHg)
c. Diagnosis untuk mengetahui penyakit yang mendasari syok kardiogenik
Treatment and management
Terapi dan penanganan sesuai dengan penyakit yang mendasari.
Terapi lini pertama pada kasus syok kardiogenik adalah : Aspirin dan heparin
General measures :
a. Tangani hypoxemia dan asidosis
b. Pemasangan ETT / non invasie ventilation
c. Hyperglycemia atasi dgn insulin
Vasopressor (Obat2an yang membuat vasokonstriksi pembuluh darah perifer) :
a. Noepinepinephrine
b. Dopamine
Aortic counterpulsation (Terapi sementara sebelum dilakukan terapi yang lebih advance [Reperfusi – Revaskularisasi]) : IABP (Intra aortic balloon pupming) + Fibrinolytic
Reperfusi- revaskularisasi :
a. PCI (Percutaneous coronary intervention) atau IKP (Intervensi Koroner Perkutan)
b. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
c. PTCA (Percutaneous transluinal coronary angioplasty) Terapi utama pada Cardiogenic shock akibat penyakit iskemik
*Terapi cairan tidak menurunkan gejala / mortalitas pada syok kardiogenik, Namun terapi cairan diberikan untuk menyingkirkan diagnosis akibat syok hipovolemik
Terapi lini pertama pada kasus syok kardiogenik adalah : Aspirin dan heparin
General measures :
a. Tangani hypoxemia dan asidosis
b. Pemasangan ETT / non invasie ventilation
c. Hyperglycemia atasi dgn insulin
Vasopressor (Obat2an yang membuat vasokonstriksi pembuluh darah perifer) :
a. Noepinepinephrine
b. Dopamine
Aortic counterpulsation (Terapi sementara sebelum dilakukan terapi yang lebih advance [Reperfusi – Revaskularisasi]) : IABP (Intra aortic balloon pupming) + Fibrinolytic
Reperfusi- revaskularisasi :
a. PCI (Percutaneous coronary intervention) atau IKP (Intervensi Koroner Perkutan)
b. CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
c. PTCA (Percutaneous transluinal coronary angioplasty) Terapi utama pada Cardiogenic shock akibat penyakit iskemik
*Terapi cairan tidak menurunkan gejala / mortalitas pada syok kardiogenik, Namun terapi cairan diberikan untuk menyingkirkan diagnosis akibat syok hipovolemik
Sumber
A Thiele H. Ohman EM. Desch S. Eitel I. Waha SD. Management of cardiogenic shock. 2015. http://dx.doi.org/10.1093/eurheartj/ehv051
b. Loscalzo J. 2012. Harrison’s Cardiovascular medicine 2nd edition. New York : McGraw-Hill
c. Reynods RM. Hochman JS. Cardiogenic Shock : Current concepts and improving outcomes. 2008. Doi : 10.1161CIRCULATIONAHA.106.613596
d. Ren X. 2014. Cardiogenic Shock. [Online] diakses 8 Desember 2015 [Dari : http://emedicine.medscape.com/article/152191]
e. Reynolds HR. Hochman JS. Cardiogenic shock Current Concepts and Improving Outcomes. 2008. Circulation;117:686-697
f. Khalid L. Dhakam SH. A Review of Cardiogenic Shock in Acute Myocardial Infarction. 2008. Curr Cardiol Rev. 2008 Feb; 4(1) : 34-4
b. Loscalzo J. 2012. Harrison’s Cardiovascular medicine 2nd edition. New York : McGraw-Hill
c. Reynods RM. Hochman JS. Cardiogenic Shock : Current concepts and improving outcomes. 2008. Doi : 10.1161CIRCULATIONAHA.106.613596
d. Ren X. 2014. Cardiogenic Shock. [Online] diakses 8 Desember 2015 [Dari : http://emedicine.medscape.com/article/152191]
e. Reynolds HR. Hochman JS. Cardiogenic shock Current Concepts and Improving Outcomes. 2008. Circulation;117:686-697
f. Khalid L. Dhakam SH. A Review of Cardiogenic Shock in Acute Myocardial Infarction. 2008. Curr Cardiol Rev. 2008 Feb; 4(1) : 34-4