Encephalitis
Encephalitis adalah infeksi pada otak (Encephalon), berbeda dengan meningitis (Inflamasi pada meningens) yang menyerang selaput otak. Gejala yang khas pada encephalitis dan tidak dimiliki oleh meningitis adalah penurunan kesadaran / Confusion / defisit neurologis fokal / GCS < 15.
Encephalitis termasuk penyakit yang berbahaya, namun penyakit ini cukup jarang ditemukan
Terkadang inflamasi dapat melibatkan baik otak dan selaput otaknya sehingga disebut ,eningoencephalitis. Dan pada kasus yang jarang dapat melibatkan medula spinalis atau serabut saraf (Encephalomyelitis, Encephalomyeloradiculitis).
Encephalitis termasuk penyakit yang berbahaya, namun penyakit ini cukup jarang ditemukan
Terkadang inflamasi dapat melibatkan baik otak dan selaput otaknya sehingga disebut ,eningoencephalitis. Dan pada kasus yang jarang dapat melibatkan medula spinalis atau serabut saraf (Encephalomyelitis, Encephalomyeloradiculitis).
Etiologi
a. Virus (Terutama virus herpes simplex-1 [31% kasus], diikuti oleh ECHO (Enteric Cytopathic Human Orphan] virus dan Arbo [Arhtropode borne] virus. Virus2 lain yang jarang : EBV, CMV, Measles, Mumps, Rabies, dan lain-lain
b. Parasit (Taenia solium [Neurocysticercosis / Cysticercal encephalitis])
c. Bakteri , Jamur -> Jarang
d. Autoimun
b. Parasit (Taenia solium [Neurocysticercosis / Cysticercal encephalitis])
c. Bakteri , Jamur -> Jarang
d. Autoimun
Patologi dan patogenesis
Manusia terinfeksi oleh virus dapat melalui berbagai cara,Kontak dengan lesi (herpes), tergigit oleh nyamuk (Arbovirus), menghirup droplet udara (Measles dan mumps)
Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia dan jika sistem imun tubuh lemah, maka akan terjadi penyebaran ke otak melalui intraneuronal (Saraf) dari saraf perifer menuju sistem saraf pusat (Herpes simplex) dan melalui darah (Hematogen) (Arbovirus)
Pada herpes simplex virus tipe 1, setelah infeksi primer maka virus akan bermigrasi ke ganglion trigeminal dan dorman. Pada saat ada pemicu untuk reaktivasi virus, maka virus akan ditransportasikan ke SSP melalui proses retrograde dari ganglion trigeminal menuju SSP
Virus di dalam otak akan memicu respon inflamasi dan menyebabkan edema dan nekrosis pada otak. Edema menyebabkan peningkatan tekanan intracranial yang dapat menyebabkan herniasi otak. Edema otak juga memicu terjadinya hipertensi intrakranial -> Iskemia cerebri -> Infark cerebri
Encephalitis juga dapat berkembangan akibat penyebaran dari meningitis (Disebut meningoencephalitis). Jadi infeksi bakteri yang menyebabkan meningitis juga dapat memicu timbulnya encephalitis.
Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia dan jika sistem imun tubuh lemah, maka akan terjadi penyebaran ke otak melalui intraneuronal (Saraf) dari saraf perifer menuju sistem saraf pusat (Herpes simplex) dan melalui darah (Hematogen) (Arbovirus)
Pada herpes simplex virus tipe 1, setelah infeksi primer maka virus akan bermigrasi ke ganglion trigeminal dan dorman. Pada saat ada pemicu untuk reaktivasi virus, maka virus akan ditransportasikan ke SSP melalui proses retrograde dari ganglion trigeminal menuju SSP
Virus di dalam otak akan memicu respon inflamasi dan menyebabkan edema dan nekrosis pada otak. Edema menyebabkan peningkatan tekanan intracranial yang dapat menyebabkan herniasi otak. Edema otak juga memicu terjadinya hipertensi intrakranial -> Iskemia cerebri -> Infark cerebri
Encephalitis juga dapat berkembangan akibat penyebaran dari meningitis (Disebut meningoencephalitis). Jadi infeksi bakteri yang menyebabkan meningitis juga dapat memicu timbulnya encephalitis.
Tanda dan gejala
a. Demam -> Efek dari produksi sitokin2 pro inflamasi yang merangsang thermoregulator di hipotalamus
b. Rash -> Ciri khas pada beberapa encephalitis yang disebabkan oleh arbovirus
c. Sakit kepala -> Peningkatan tekanan intrakranial akibat edema otak
b. Defisit neurologis fokal -> Kerusakan otak akibat dari inflamasi, gejala yang timbul tergantung lobus / daerah otak yang terkena, Cth gejala yang sering muncul : Aphasia, Ataxia, Gerakan involunter (Myoclonic jerks, tremor), Gangguan saraf kranialis, dan lain-lain.
Gejala2 akibat kerusakan nervus kranialis :
a. Nervus 2 (Opticus) : Papilledema, Kebutaan
b. Nervus 3,4, dan 6 : Ptosis, defek lapang pandang, diplopia
c. Nervus 5 : Photophobia
d. Nervus 7 : Paresis wajah
e. Nervus 8 : Tuli, Tinnitus, Vertigo
b. Rash -> Ciri khas pada beberapa encephalitis yang disebabkan oleh arbovirus
c. Sakit kepala -> Peningkatan tekanan intrakranial akibat edema otak
b. Defisit neurologis fokal -> Kerusakan otak akibat dari inflamasi, gejala yang timbul tergantung lobus / daerah otak yang terkena, Cth gejala yang sering muncul : Aphasia, Ataxia, Gerakan involunter (Myoclonic jerks, tremor), Gangguan saraf kranialis, dan lain-lain.
Gejala2 akibat kerusakan nervus kranialis :
a. Nervus 2 (Opticus) : Papilledema, Kebutaan
b. Nervus 3,4, dan 6 : Ptosis, defek lapang pandang, diplopia
c. Nervus 5 : Photophobia
d. Nervus 7 : Paresis wajah
e. Nervus 8 : Tuli, Tinnitus, Vertigo
Diagnosis
a. Pemeriksaan CSF (Cerebrospinal fluid) / Cairan cerebrospinal. Pleocytosis (>5 cells/µL
*20% pasien dengan encephalitis akibat herpes simplex memiliki sel darah merah di CSF
b. CSF PCR (Polymerase Chain Reaction)
c. CSF Culture -> Terutama untuk mendeteksi encephalitis akibat jamur dan bakteri
d. Biopsi otak (Jarang dilakukan)
e. MRI (Temporal lobe enchancement)
f. EEG (ElectroEncephaloGram) dapat mendeteksi kelainan aktivitas otak pada lobus tertentu
*20% pasien dengan encephalitis akibat herpes simplex memiliki sel darah merah di CSF
b. CSF PCR (Polymerase Chain Reaction)
c. CSF Culture -> Terutama untuk mendeteksi encephalitis akibat jamur dan bakteri
d. Biopsi otak (Jarang dilakukan)
e. MRI (Temporal lobe enchancement)
f. EEG (ElectroEncephaloGram) dapat mendeteksi kelainan aktivitas otak pada lobus tertentu
Treatment and management
a. Terapi supportif (Monitoring ICP [Intracranial pressure], restriksi cairan, penurunan demam)
b. Mencegah kejang dengan obat2an anti kejang
c. Acyclovir IV (harus diberikan jika curiga encephalitis yang disebabkan oleh virus)
d. Steroid dan mannitol untuk mengurangi edema cerebri
b. Mencegah kejang dengan obat2an anti kejang
c. Acyclovir IV (harus diberikan jika curiga encephalitis yang disebabkan oleh virus)
d. Steroid dan mannitol untuk mengurangi edema cerebri
Sumber
A. Hauser SL, Josephson SA. 2013. Harrison’s Neurology in Clinical medicine. New York : McGrawHill
b. Carrera JP. Forrester N. Wang E. Vittor AY. Haddow AD. Et al. Eastern Equine encephalitis in Latin America. 2013. N Engl J Med ; 369:7320744
c. McCance KL. Huether SE. Brashers VL. Rote NS. 2010. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Missouri : Mosby Elsevier
d. Kennedy PGE. Viral Encephalitis : Causes, Differential diagnosis, and management. 2004. J Neurol Neurosurg Psychiatry; 75:i10-i15
e. Tunkel AR. Glaser CA. Bloch KC. Sejvar JJ. Marra CM. The management of Encephalitis ; Clinical practice Guidelines by the infectious disease society of America. 2008. Vol 47, issue 3, pp 303-327
b. Carrera JP. Forrester N. Wang E. Vittor AY. Haddow AD. Et al. Eastern Equine encephalitis in Latin America. 2013. N Engl J Med ; 369:7320744
c. McCance KL. Huether SE. Brashers VL. Rote NS. 2010. Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children. Missouri : Mosby Elsevier
d. Kennedy PGE. Viral Encephalitis : Causes, Differential diagnosis, and management. 2004. J Neurol Neurosurg Psychiatry; 75:i10-i15
e. Tunkel AR. Glaser CA. Bloch KC. Sejvar JJ. Marra CM. The management of Encephalitis ; Clinical practice Guidelines by the infectious disease society of America. 2008. Vol 47, issue 3, pp 303-327