Faringitis
Merupakan inflamasi pada bagian dinding faring
Etiologi
a. Virus (Paling banyak) , cth : EBV, adenovirus, rhinovirus, RSV, influenza, coxsackievirus
b. Bakteri, cth : Streptococcus pyogenes (GABHS / Grup A Beta Hemolitik Streptococcus), Corynebacterium diphtheria
c. Alergi
d. Toksin
e. Trauma
f. Dan lain-lain
b. Bakteri, cth : Streptococcus pyogenes (GABHS / Grup A Beta Hemolitik Streptococcus), Corynebacterium diphtheria
c. Alergi
d. Toksin
e. Trauma
f. Dan lain-lain
Patologi dan patogenesis
Invasi virus pada dinding faring akan menyebabkan reaksi inflamasi. Sel2 imun akan berusaha membunuh virus / bakteri dan mengeluarkan sitokin2 pro inflamasi seperti IL-1, TNF-α, IFN-γ. Di lain sisi bakteri Streptococcus pyogenes juga memproduksi toksin berupa hyalurodinase, deoksiribonuclease yang meningkatkan kerusakan pada dinding faring dan memproduksi pus. Khusus pada Streptococcus pyogenes, komponen Protein M-nya, dapat memicu proses autoimun.
Proses ini terjadi karena Protein M menginduksi pembentukan antibodi yang bereaksi terhadap otot jantung manusia itu sendiri. Pada akhirnya, antibodi akan merusak otot2 jantung sehingga bermanifestasi sebagai demam rematik
Proses ini terjadi karena Protein M menginduksi pembentukan antibodi yang bereaksi terhadap otot jantung manusia itu sendiri. Pada akhirnya, antibodi akan merusak otot2 jantung sehingga bermanifestasi sebagai demam rematik
Tanda dan gejala
Faringitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri memiliki gejala yang berbeda :
Faringitis virus :
a. Batuk
b. Eksanthem
c. Diare
d. Konjungtivitis
e. Stomatitis
Faringitis bakterial :
a. Onset muncul tiba2
b. Tampak lemas
c. Sakit kepala
d. Mual, muntah, dapat disertai diare
e. Eksudat di area tonsilofaringeal
f. Adenopati limfonodus cervical anterior
*Gejala yang ditimbulkan infeksi EBV (infectious mononucleosis) sangat mirip dengan Streptococcus pyogenes, tetapi jika infeksi EBV diobat dengan amoxicillin atau ampicillin, maka 90% pasien akan mengalami gejala ruam maculopapular (Seperti alergi obat walaupun pasien tidak alergi terhadap amoxicillin atau ampicillin). Perbedaan yang mencolok pada EBV adalah :
a. Limfadenopati berada di regio posterior servikal
b. Terkadang terdapat hepatosplenomegaly
c. Hasil kultur dan rapid test yang negatif
d. Terdapat limfosit atipikal dan hasil Monospot (Heterophile antibody) test positif
Faringitis virus :
a. Batuk
b. Eksanthem
c. Diare
d. Konjungtivitis
e. Stomatitis
Faringitis bakterial :
a. Onset muncul tiba2
b. Tampak lemas
c. Sakit kepala
d. Mual, muntah, dapat disertai diare
e. Eksudat di area tonsilofaringeal
f. Adenopati limfonodus cervical anterior
*Gejala yang ditimbulkan infeksi EBV (infectious mononucleosis) sangat mirip dengan Streptococcus pyogenes, tetapi jika infeksi EBV diobat dengan amoxicillin atau ampicillin, maka 90% pasien akan mengalami gejala ruam maculopapular (Seperti alergi obat walaupun pasien tidak alergi terhadap amoxicillin atau ampicillin). Perbedaan yang mencolok pada EBV adalah :
a. Limfadenopati berada di regio posterior servikal
b. Terkadang terdapat hepatosplenomegaly
c. Hasil kultur dan rapid test yang negatif
d. Terdapat limfosit atipikal dan hasil Monospot (Heterophile antibody) test positif
Diagnosis
a. Untuk mendiagnosis faringitis akibat Streptococcus pyogenes dapat digunakan kriteria centor :
b. Untuk faringitis viral , tidak terlalu dibutuhkan pemeriksaan lab, kecuali pada kasus infeksi EBV kronis, atau sedang dalam kondisi epidemi influenza
Nb :
a. Kultur untuk Streptococcus pyogenes selesai dalam 1-2 hari , sedangkan Rapid test dapat selesai dalam hitungan menit
b. Untuk rapid test, sampel diambil dari swab tenggorok. Dasar dari test ini adalah deteksi antigen dinding sel bakteri dengan menggunakan antibodi khusus
c. Rapid test memiliki sensitifitas 80-90% dan spesifisitas melebihi 95% sehingga hasil positif sangat membuktikan infeksi Streptococcus pyogenes, sedangkan pada hasil Rapid test yang negatif, dapat dilakukan kultur dari swab tenggorok untuk membuktikan keberadaan bakter
Nb :
a. Kultur untuk Streptococcus pyogenes selesai dalam 1-2 hari , sedangkan Rapid test dapat selesai dalam hitungan menit
b. Untuk rapid test, sampel diambil dari swab tenggorok. Dasar dari test ini adalah deteksi antigen dinding sel bakteri dengan menggunakan antibodi khusus
c. Rapid test memiliki sensitifitas 80-90% dan spesifisitas melebihi 95% sehingga hasil positif sangat membuktikan infeksi Streptococcus pyogenes, sedangkan pada hasil Rapid test yang negatif, dapat dilakukan kultur dari swab tenggorok untuk membuktikan keberadaan bakter
Treatment and management
Faringitis bakterial akibat Streptococcus pyogenes:
a. Penisilin G benzatin 50.000U/kgBB, IM dosis tunggal
b. Amoksisilin 50mg/kgBB 3x/hr selama 10 hari
c. Pada kasus alergi obat2an beta lactam : eritromisin 4x500mg/hari slm 10-14 hari
d. Terapi suportif : Kortikosteroid, Analgesik
e. Kumur2 air hangat atau antiseptik
*Pemberian antibiotik pada faringitis akibat streptococcus juga berguna untuk mencegah komplikasi demam rematik
Faringitis virus :
a. Biasa tidak memerlukan obat, pada beberapa kasus dapat diberikan analgesik (parasetamol), jika tidak mempan dapat ditambahkan NSAID atau kodein
b. Pastikan intake cairan cukup untuk mencegah dehidrasi
c. Antibiotik pada kasus parah, dapat terjadi superinfeksi dengan virus pada beberapa kasus
a. Penisilin G benzatin 50.000U/kgBB, IM dosis tunggal
b. Amoksisilin 50mg/kgBB 3x/hr selama 10 hari
c. Pada kasus alergi obat2an beta lactam : eritromisin 4x500mg/hari slm 10-14 hari
d. Terapi suportif : Kortikosteroid, Analgesik
e. Kumur2 air hangat atau antiseptik
*Pemberian antibiotik pada faringitis akibat streptococcus juga berguna untuk mencegah komplikasi demam rematik
Faringitis virus :
a. Biasa tidak memerlukan obat, pada beberapa kasus dapat diberikan analgesik (parasetamol), jika tidak mempan dapat ditambahkan NSAID atau kodein
b. Pastikan intake cairan cukup untuk mencegah dehidrasi
c. Antibiotik pada kasus parah, dapat terjadi superinfeksi dengan virus pada beberapa kasus
Komplikasi
a. Faringitis bakterial akibat Streptococcus pyogenes dapat menimbulkan komplikasi demam rematik (Rheumatic fever) akibat proses auto imun. Protein M dari Streptococcus pyogenes memiliki antigenisistas yang mirip dengan otot2 miokard jantung.
b. Komplikasi lain berupa : Abses Peritonsilar / retrofaringeal, limfadenitis servikal, mastoiditis, sinusitis, otitis media)
b. Komplikasi lain berupa : Abses Peritonsilar / retrofaringeal, limfadenitis servikal, mastoiditis, sinusitis, otitis media)
Sumber
a. Kuliah blok Mata-THT FKUB 2015
b. Wessels MR. Streptococcal pharyngitis. N Engl J Med 2011; 364:648-655
c. Vincent MT, Celestin N, Hussain AN. Pharyngitis. Am Fam Physician. 2004 Mar 15;69(6):1465-1470.
d. Bisno AL. Acute pharyngitis. N Engl J Med 2001; 344:205-211
e. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007.Buku ajar ilmu kesehata Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
b. Wessels MR. Streptococcal pharyngitis. N Engl J Med 2011; 364:648-655
c. Vincent MT, Celestin N, Hussain AN. Pharyngitis. Am Fam Physician. 2004 Mar 15;69(6):1465-1470.
d. Bisno AL. Acute pharyngitis. N Engl J Med 2001; 344:205-211
e. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007.Buku ajar ilmu kesehata Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia