Filariasis (Wuchereria dan Brugia)
Fillariasis merupakan Infeksi parasit nematoda ordo filariidae, ada 5 genus, 8 species yang bisa menyebabkan infeksi pada manusia, antara lain adalah : wuchereria , loa-loa, onchocerca, brugia, dan mansonella). Fillariasis limfatik disebabkan oleh genus wuchereria dan genus brugia, sedangkan loa-loa, onchocerca, dan mansonella menyebabkan filariasis pada organ yang lain.
Secara global, filariasis menyerang lebih dari 90 juta penduduk di dunia terutama pada daerah tropis dan subtropis (India dan Afrika). Penyakit ini termasuk dalam salah satu dari NTD (Neglected Tropical Disease) sehingga pemerintah telah melakukan terapi massal (baik orang yang sakit maupun tidak sakit akan diterapi sesuai dengan standar) pada daerah yang endemis
Secara global, filariasis menyerang lebih dari 90 juta penduduk di dunia terutama pada daerah tropis dan subtropis (India dan Afrika). Penyakit ini termasuk dalam salah satu dari NTD (Neglected Tropical Disease) sehingga pemerintah telah melakukan terapi massal (baik orang yang sakit maupun tidak sakit akan diterapi sesuai dengan standar) pada daerah yang endemis
Etiologi
a. Wuchereria bancrofti
b. Brugia timori (Asia dan Asia Selatan)
c. Brugia malayi (Indonesia Timur dan Timor Leste)
b. Brugia timori (Asia dan Asia Selatan)
c. Brugia malayi (Indonesia Timur dan Timor Leste)
Transmisi
Gigitan nyamuk
a. Wuchereria bancrofti :
- Perdesaan : anopheles
- Perkotaan : Culex quinquefasciatus
b. Brugia timori : satu2nya vector adalah Anopheles barbirostris
c. Brugia malayi : Mansonia dan anopheles
*W.bancrofti dan B.timori tidak menimbulkan infeksi pada hewan, sedangkan B.malayi dapat menginfeksi hewan
a. Wuchereria bancrofti :
- Perdesaan : anopheles
- Perkotaan : Culex quinquefasciatus
b. Brugia timori : satu2nya vector adalah Anopheles barbirostris
c. Brugia malayi : Mansonia dan anopheles
*W.bancrofti dan B.timori tidak menimbulkan infeksi pada hewan, sedangkan B.malayi dapat menginfeksi hewan
Patologi dan patogenesis
Siklus hidup fillariasis :
Proses patologis utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh limfe akibat reaksi inflamasi yang disebabkan oleh cacing dewasa (limfangitis, limfadenitis). Cacing dewasa juga menginduksi proliferasi sel endotel dan dilatasi pembuluh limfatik. Ke dua hal di atas membuat pembuluh limfatik mudah terinfeksi (oleh bakteri lain) dan memperburuk reaksi inflamasi yang sudah terjadi. Obstruksi cairan limfatik (Limfedema) terjadi karena proliferasi endotel yang masif dan kerusakan / inkompetensi pada katup-katup di pembuluh limfatik. Pada saat sistem imun bekerja untuk membunuh cacing dewasa, terjadi reaksi inflamasi juga memperburuk kondisi yang sudah berlangsung.
Jika reaksi diatas terjadi di pembuluh limfe skrotum maka akan terjadi hydrocele.
Beberapa pasien mengalami TPE (Tropical Pulmonary Eosinophilia), dimana sistem imun menimbulkan reaksi inflamasi yang kuat pada saat parasit beredar di paru. Pada kasus ini mikrofilaria tidak akan terdeteksi di darah, oleh karena itu sering disebut sebagai occult filariasis.
Terdapat simbiosis antara spesies filariasis dengan bakteri Wolbachia (bakteri ini terdapat pada cacing dewasa W.bancrofti dan B.malayi). Bakteri ini meningkatkan sekresi sitokin proinflamasi.
Terdapat periodisitas pada mikrofilaria masing-masing spesies. Periodisitas dibagi menjadi nokturnal dan diurnal, dimana nokturnal berarti jumlah mikrofilaria yang banyak di peredaran darah terdeteksi di malam hari, begitu pula sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan sifat dan ciri khas nyamuk sebagai vektor, dimana nyamuk yang mengigit pada malam hari akan mentransmisikan spesies yang memiliki periodisitas nokturnal. W.bancrofti dan B.malayi memiliki periodisistas nokturnal. Beberapa dari spesies W.bancrofti dan B.malayi juga meiliki periodisitas subperiodik diurnal dan subperiodik nokturnal, pada kasus ini mikrofilaria terdeteksi di dalam darah sepanjang hari.
Cacing dewasa dapat hidup dalam tubuh manusia hingga 20 tahun dan memproduksi mikrofilaria sepanjang hidupnya. Rata-rata usia hidup mikrofilaria adalah 1 tahun
Jika reaksi diatas terjadi di pembuluh limfe skrotum maka akan terjadi hydrocele.
Beberapa pasien mengalami TPE (Tropical Pulmonary Eosinophilia), dimana sistem imun menimbulkan reaksi inflamasi yang kuat pada saat parasit beredar di paru. Pada kasus ini mikrofilaria tidak akan terdeteksi di darah, oleh karena itu sering disebut sebagai occult filariasis.
Terdapat simbiosis antara spesies filariasis dengan bakteri Wolbachia (bakteri ini terdapat pada cacing dewasa W.bancrofti dan B.malayi). Bakteri ini meningkatkan sekresi sitokin proinflamasi.
Terdapat periodisitas pada mikrofilaria masing-masing spesies. Periodisitas dibagi menjadi nokturnal dan diurnal, dimana nokturnal berarti jumlah mikrofilaria yang banyak di peredaran darah terdeteksi di malam hari, begitu pula sebaliknya. Hal ini berkaitan dengan sifat dan ciri khas nyamuk sebagai vektor, dimana nyamuk yang mengigit pada malam hari akan mentransmisikan spesies yang memiliki periodisitas nokturnal. W.bancrofti dan B.malayi memiliki periodisistas nokturnal. Beberapa dari spesies W.bancrofti dan B.malayi juga meiliki periodisitas subperiodik diurnal dan subperiodik nokturnal, pada kasus ini mikrofilaria terdeteksi di dalam darah sepanjang hari.
Cacing dewasa dapat hidup dalam tubuh manusia hingga 20 tahun dan memproduksi mikrofilaria sepanjang hidupnya. Rata-rata usia hidup mikrofilaria adalah 1 tahun
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dibagi menjadi 3
a. Bentuk asimptomatis :
Terutama terjadi pasien-pasien yang berada di daerah endemis, gejala yang dirasakan hanya pembesaran kelenjar limfe, mikrofilaremia asimptomatis.
b. Bentu filariasis dengan peradangan
a. Bentuk asimptomatis :
Terutama terjadi pasien-pasien yang berada di daerah endemis, gejala yang dirasakan hanya pembesaran kelenjar limfe, mikrofilaremia asimptomatis.
b. Bentu filariasis dengan peradangan
- Limfangitis, limfadenitis, orchitis, funikulitis, epididimitis (tergantung dari lokasi inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing)
- Ulkus, vesikel pada kulit (akibat infeksi sekunder dari bakteri terutama streptococcus)
- Nyeri pada kelenjar limfe yang terkena
- Gejala sistemik seperti demam, menggigil, lemas, dan lain sebagainya
- TPE (Tropical Pulmonary Eosinophilia), pasien akan memiliki gejala-gejala seperti asma disertai dengan eosinofilia
- Terjadinya akumulasi cairan pada jaringan ekstraseluler, hal ini bermanifestasi sebagai limfedema. Limfedema sering terjadi pada tungkai, proses perkembangan penyakit ini dibagi menjadi 4 tingkat :
- Tingkat 1 : Pitting edema, bersifat reversibel ketika tungkai diangkat
- Tingkat 2 : Pitting / non-pitting edema, tidak dapat kembali normal ketika tungkai diangkat
- Tingkat 3 : non-pitting edema, tidak dapat kembali normal ketika tungkai diangkat, disertai dengan penebalan kulit
- Tingkat 4 : non-pitting edema,, didapati jaringan fibrosis dan verukosa pada kulit (Elefantiasis)
- Khusus pada infeksi W.bancrofti dapat terjadi akumulasi cairan pada testis (Hydrocele), dan dapat menyebabkan urin berwarna seperti air susu (chyluria)
Diagnosis
a. Darah (hapus tebal dengan pewarnaan wright / giemsa) : untuk mendeteksi microfilaria pada darah perifer, spesimen di ambil pada saat malam hari (21.00- 03.00)
b. Pemeriksaan urin, melihat apakah adanya chyluria
c. USG bisa buat bedain hydrocele dan testicular tumor
d. ELISA untuk mendeteksi antigen filariasis (CFA = Circulating Filarial Antigen) , tes ini jauh lebih sensitif dari pada pemeriksaan hapusan darah dan tidak mengenal periodisitas
e. Biopsi pada kelenjar limfe, melihat adanya cacing dewasa
b. Pemeriksaan urin, melihat apakah adanya chyluria
c. USG bisa buat bedain hydrocele dan testicular tumor
d. ELISA untuk mendeteksi antigen filariasis (CFA = Circulating Filarial Antigen) , tes ini jauh lebih sensitif dari pada pemeriksaan hapusan darah dan tidak mengenal periodisitas
e. Biopsi pada kelenjar limfe, melihat adanya cacing dewasa
Treatment and management
a. Diethylcarbamazine (DEC) (diberikan 1 atau 12 hari dengan dosisi 6mg/kgBB), Terapi untuk kasus TPE (Tropical Pulmonary Eosinophilia), durasi pengobatan adalah 14-21 hari
b. Terapi dosis tunggal dengan : albendazole 400 mg + DEC 6mg/kg / ivermectin 200 microgram/kg]
c. Nodulectomy, hydrocelectomy
d. Doxycycline untuk membunuh bakteri wolbachia (200mg/hari, 4-6 minggu)
b. Terapi dosis tunggal dengan : albendazole 400 mg + DEC 6mg/kg / ivermectin 200 microgram/kg]
c. Nodulectomy, hydrocelectomy
d. Doxycycline untuk membunuh bakteri wolbachia (200mg/hari, 4-6 minggu)
Sumber
a. Kuliah blok Parasitologi 2014
b. Pohan HT. Filariasis. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Penyunting. Jakarta : Interna Publishing
c. Simonsen PE, Fischer PU, Hoerauf A, Weil GJ. The Filariases. Dalam : Farrar J. Hotez PJ. Junghanss T. Kang G. Lalloo D. Whte N. 2014. Manson’s Tropical Infectious Disease 23rd edition. Penyunting. Elsevier : Philadelphia
d. Nutman TB, Weller PF. Filarial and Related Infections. Dalam : Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. Penyunting. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
e. CDC. Lymphatic Filariasis. 2013. [Online] diakses 12 Januari [Dari : http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html]
b. Pohan HT. Filariasis. Dalam : Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Penyunting. Jakarta : Interna Publishing
c. Simonsen PE, Fischer PU, Hoerauf A, Weil GJ. The Filariases. Dalam : Farrar J. Hotez PJ. Junghanss T. Kang G. Lalloo D. Whte N. 2014. Manson’s Tropical Infectious Disease 23rd edition. Penyunting. Elsevier : Philadelphia
d. Nutman TB, Weller PF. Filarial and Related Infections. Dalam : Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. Penyunting. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
e. CDC. Lymphatic Filariasis. 2013. [Online] diakses 12 Januari [Dari : http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html]
Koleksi gambar
Microfilaria Brugia malayi :
a. Cephalic space 2:1
b. Body nuclei overlapping
c. Secondary kink
d. Terminal nuclei 1
a. Cephalic space 2:1
b. Body nuclei overlapping
c. Secondary kink
d. Terminal nuclei 1
Microfilaria Wuchereria bancrofti :
a. Tidak tampak secondary kink
b. Cephalic space 1:1
c. Body nuclei tersebar merata
d. Tidak mempunyai terminal nuclei
a. Tidak tampak secondary kink
b. Cephalic space 1:1
c. Body nuclei tersebar merata
d. Tidak mempunyai terminal nuclei
Microfilaria Wuchereria bancrofti :
a. Tidak tampak secondary kink
b. Cephalic space 1:1
c. Body nuclei tersebar merata
d. Tidak mempunyai terminal nuclei
a. Tidak tampak secondary kink
b. Cephalic space 1:1
c. Body nuclei tersebar merata
d. Tidak mempunyai terminal nuclei