Heart failure
Keadaan ini bersifat progresif. Di indonesia sendiri, usia pasien yang terkena gagal jantung cenderung lebih muda dibanding dengan negara2 maju seperti.
*Gagal jantung kongestif : Adalah gagal jantung dengan manifestasi penumpukan cairan (Edema paru, Edema tungkai, ascites)
Secara
a. HF dengan penurunan EF (systolic failure)
b. HF dengan normal EF (Diastolic failure)
Klasifikasi gagal jantung :
a. Gagal jantung akut dan kronik
b. Gagal jantung sistolik dan diastolik
c. Gagal jantung kanan dan kiri
d. Gagal jantung ringan, sedang, dan berat
*Gagal jantung kongestif : Adalah gagal jantung dengan manifestasi penumpukan cairan (Edema paru, Edema tungkai, ascites)
Secara
a. HF dengan penurunan EF (systolic failure)
b. HF dengan normal EF (Diastolic failure)
Klasifikasi gagal jantung :
a. Gagal jantung akut dan kronik
b. Gagal jantung sistolik dan diastolik
c. Gagal jantung kanan dan kiri
d. Gagal jantung ringan, sedang, dan berat
Etiologi
Penurunan EF :
a. CAD
b. Nonischemic dilated cardiomyopathy
c. Chagas’ disease
EF normal :
a. Hypertrophy cardiomyopathy
b. Restrictive cardiomyopathy
EF nya gak tentu :
a. Myocard infarct / ischemia
b. Hypertension
c. Infiltrative disorder
d. Obstrucitve valve disorder
Pulmonary heart disease :
a. Cor pulmonale
b. Pulmonary vascular disorder
a. CAD
b. Nonischemic dilated cardiomyopathy
c. Chagas’ disease
EF normal :
a. Hypertrophy cardiomyopathy
b. Restrictive cardiomyopathy
EF nya gak tentu :
a. Myocard infarct / ischemia
b. Hypertension
c. Infiltrative disorder
d. Obstrucitve valve disorder
Pulmonary heart disease :
a. Cor pulmonale
b. Pulmonary vascular disorder
Faktor resiko
a. Tekanan darah tinggi
b. CAD
c. Heart attack
d. Ischemia
e. DM / obesitas
e. Dan semua risk factor yang mengarah pada penyakit2 di atas
b. CAD
c. Heart attack
d. Ischemia
e. DM / obesitas
e. Dan semua risk factor yang mengarah pada penyakit2 di atas
Patologi dan patogenesis
HF terjadi karena kumpulan gejala yang merusak otot jantung, atau gangguan fungsi miosit, gangguan kontraksi. Pada awal mula penyakit kegagalan jantung di kompensasi oleh berbagai mekanisme tubuh , antara lain : RAAS, Adrenergic system, peningkatan konraktilitas myocard. Jadi pasien asmptomatik untuk periode tahunan
Dasar dari heart failure :
a. Systolic dysfunction : Kegagalan LV untuk memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pada saat hal ini terjadi berbagai mekanisme tubuh berusaha mengembalikan jumlah CO (ransangan simpatis, sekresi vasopressin , sistem RAAS). Namun ransanga secara terus menerus dari sistem kompensasi ini nantinya akan merusak jantung itu sendiri
b. Diastolic dysfunction
LV filling terhambat karena pengisian LV terganggu (Hipertrofi / fibrosis), tekanan LV EDP akan meningkat yang hasilnya adalah peningkatan pulmonary capillary pressures yang akan menyebabkan pasien merasakan dyspnea. (tekanan diastol meningkat , sehingga darah yang harus masuk atrium juga harus meningkat)
Dasar dari heart failure :
a. Systolic dysfunction : Kegagalan LV untuk memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pada saat hal ini terjadi berbagai mekanisme tubuh berusaha mengembalikan jumlah CO (ransangan simpatis, sekresi vasopressin , sistem RAAS). Namun ransanga secara terus menerus dari sistem kompensasi ini nantinya akan merusak jantung itu sendiri
b. Diastolic dysfunction
LV filling terhambat karena pengisian LV terganggu (Hipertrofi / fibrosis), tekanan LV EDP akan meningkat yang hasilnya adalah peningkatan pulmonary capillary pressures yang akan menyebabkan pasien merasakan dyspnea. (tekanan diastol meningkat , sehingga darah yang harus masuk atrium juga harus meningkat)
Tanda dan gejala
Gejala2 yang berhubungan dengan kurangnya suplai darah ke organ
a. Exertional dyspnea / dyspnea at rest dan fatigue -> Curah jantung yang inadekuat
b. Orthopnea (pernafasan memberat pada saat berbaring dan membaik ketika duduk atau berdiri) – tanda dari left ventricular heart failure/ pulmonary edema)
c. Takikardi -> Mekanisme kompensasi dari system simpatis
f. Anorexia, weight loss, nausea
g. Swelling / congestion in the legs, ankles, abdomen, atau bagian tubuh yang lainnya – tanda dari right ventricular heart failure )
h. Suara jantung S3 (Gallop) -> Aliran darah dari atrium menuju ruangan ventrikel yang kaku sehingga menimbulkan suara yang dapat diauskultasi
i. Peningkatan JVP -> Peningkatan tekanan pada bagian kanan jantung membuat darah kembali ke peredaran darah perifer
j. Apex bergeser ke lateral -> Pembesaran jantung bagian ventrikel kiri, terutama disebabkan karena hipertensi kronis
*Ciri khas gagal jantung kiri : Symptomp > Sign : Dyspnea, takikardi yg lebih dominan
*Ciri khas gagal jantung kanan : Sign > Symptomp : Ronki paru, edema paru, edema tungkai, ascites, dll
*Gagal jantung kiri pada akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan
Klasifikasi menurut NYHA (New York Heart Association) :
The American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) membagi gagal jantung menjadi 4 stage :
a. Exertional dyspnea / dyspnea at rest dan fatigue -> Curah jantung yang inadekuat
b. Orthopnea (pernafasan memberat pada saat berbaring dan membaik ketika duduk atau berdiri) – tanda dari left ventricular heart failure/ pulmonary edema)
c. Takikardi -> Mekanisme kompensasi dari system simpatis
f. Anorexia, weight loss, nausea
g. Swelling / congestion in the legs, ankles, abdomen, atau bagian tubuh yang lainnya – tanda dari right ventricular heart failure )
h. Suara jantung S3 (Gallop) -> Aliran darah dari atrium menuju ruangan ventrikel yang kaku sehingga menimbulkan suara yang dapat diauskultasi
i. Peningkatan JVP -> Peningkatan tekanan pada bagian kanan jantung membuat darah kembali ke peredaran darah perifer
j. Apex bergeser ke lateral -> Pembesaran jantung bagian ventrikel kiri, terutama disebabkan karena hipertensi kronis
*Ciri khas gagal jantung kiri : Symptomp > Sign : Dyspnea, takikardi yg lebih dominan
*Ciri khas gagal jantung kanan : Sign > Symptomp : Ronki paru, edema paru, edema tungkai, ascites, dll
*Gagal jantung kiri pada akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan
Klasifikasi menurut NYHA (New York Heart Association) :
- Kelas 1 : Tidak ada gangguan pada aktivitas
- Kelas 2 : Sedikit keterbatasan pada aktivitas fisik , mereda pas istirahat, aktvitas sehari-hari menyebabkan fatigue, dyspnea, palpitasi
- Kelas 3 : Terdapat keterbatasan pada aktivitas fisik, mereda pada saat istirahat, dengan aktivitas ringan dapat menimbulkan gejala fatigue, dyspnea, palpitasi
- Kelas 4 : Tidak bisa melakukan aktivitas fisik, gejala tetap muncul walaupun sedang istirahat
The American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) membagi gagal jantung menjadi 4 stage :
- Stage A: Resiko tinggi terkena gagal jantung tetapi tidak memiliki kelainan struktural pada jantung, Cth : Diabetes, Hipertensi
- Stage B: Structural heart disease but no symptoms of heart failure, Cth : Riwayat infark miokard, Disfungsi sistolik, penyakit katup jantung asimptomatis
- Stage C: Structural heart disease and symptoms of heart failure, Cth : Gagal jantung
- Stage D: Refractory heart failure requiring specialized interventions, Cth : Gagal jantung
Diagnosis
a. Pemeriksaan laboratorium awal meliputi (Darah lengkap, Elektrolit serum, BUN, Serum creatinine, Glukosa, prolif lipid, Fungsi liver, kadar TSH)
b. EKG : menilai ritme jantung dan menentukan adanya LV hypertrophy/ prior MI (Ada / tidak adanya Q waves) juga menentukan lebar QRS. EKG yg normal bisa menyingkirkan diagnosis disfungsi sistolik
c. X ray : Mengetahui bentuk dan ukuran jantung, cenderung membesar (Cardiomegali), juga melihata apakah adanya edema paru
d. Cardiac markers : BNP (B-type natriuretic peptide) , dan N-terminal pro-BNP
e. Echocardiografi : Mendeteksi fungsi ventrikel kiri
f. Angiografi koroner
b. EKG : menilai ritme jantung dan menentukan adanya LV hypertrophy/ prior MI (Ada / tidak adanya Q waves) juga menentukan lebar QRS. EKG yg normal bisa menyingkirkan diagnosis disfungsi sistolik
c. X ray : Mengetahui bentuk dan ukuran jantung, cenderung membesar (Cardiomegali), juga melihata apakah adanya edema paru
d. Cardiac markers : BNP (B-type natriuretic peptide) , dan N-terminal pro-BNP
e. Echocardiografi : Mendeteksi fungsi ventrikel kiri
f. Angiografi koroner
Treatment and management
Pengobatan berdasarkan pada Stage (A-D) gagal jantungnya
a. Stage A : Kontrol Hipertensi dan lipid yang terutama. Obesitas, DM, merokok juga merupakan komponen lain yang harus dikontrol
b. Stage B : Terapi Stage A + ACE inhibitor / ARB ditambah dengan statin (Beta blocker sebagai tambahan jika perlu)
c. Stage C : Pada Stage C, juga melihat kelas NYHA, jika :
Terapi gagal jantung Akut
Intinya mencegah mekanisme kompensasi jantung saat kurangnya perfusi agar tidak berlanjut pada kerusakan jantung itu sendiri
a. Stage A : Kontrol Hipertensi dan lipid yang terutama. Obesitas, DM, merokok juga merupakan komponen lain yang harus dikontrol
b. Stage B : Terapi Stage A + ACE inhibitor / ARB ditambah dengan statin (Beta blocker sebagai tambahan jika perlu)
c. Stage C : Pada Stage C, juga melihat kelas NYHA, jika :
- Kelas 2-4 dengan volume Overload : Stage B + Loop diuretic
- Kelas 3-4 dengan gejala persisten : Stage B + Nitrat
- Kelas 2-4 dengan Creatine >30ml/Menit dan K+ <5.0 mEq/dL : Stage B + Aldosterone antagonis
- Pemasangan ICD (Implantable Cardiac Defibrillator) pada pasien yang cocok
Terapi gagal jantung Akut
Intinya mencegah mekanisme kompensasi jantung saat kurangnya perfusi agar tidak berlanjut pada kerusakan jantung itu sendiri
Keterangan :
Keterangan :
- Target terapi adalah membawa kondisi pasien ke Profil A
- Pasien pada profil B dan C menunjukkan status edema paru akut, terapi : Diuretic, Vasodilator (Nitroglycerin, Nitroprusside)
- Pasien pada profil L memiliki perfusi jaringan yang rendah, terapi untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, cth : Dobutamine, Milirone, Levosimendan, Enoximone
Komplikasi
a. Arrhythmia (Fibrillasi atrium paling sering) -> Akibat dari proses remodeling jantung, sirkuit2 listrik baru cenderung membentuk jalur re-entrant
b. Stroke dan thromboembolisme -> Terutama pada pasien dengan curah jantung yang rendah dimanan ada statis darah di dalam jantung yang memicu pembentukan thrombus, juga bisa akibat dari Fibrillasi atrium
b. Stroke dan thromboembolisme -> Terutama pada pasien dengan curah jantung yang rendah dimanan ada statis darah di dalam jantung yang memicu pembentukan thrombus, juga bisa akibat dari Fibrillasi atrium
Sumber
a. Kuliah Kardiologi FKUB 2015
b. Fischer C. 2013. Master the boards USMLE ® Step 2 CK TARGETTED REVIEW IN FULL COLLOR. New York : Kaplan
c. Siswanto BB, et al. 2015. Pedoman tata laksana gagal jantung. Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia 2015
d. Yancy CW, et al. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure : A Report of the American
Guidelines College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice. doi: 10.1161/CIR.0b013e31829e8776
e. Joseph SM, et al. 2009. Acute decompensated heart failure contemporary medical management. Tex Heart Inst J 2009; 36(6): 510–520.
f. Watson RDS, Gibbs CR, Lip GYG.ABC of heart failure Clinical features and complications. 2000. BMJ; 320(7229): 236–239.
b. Fischer C. 2013. Master the boards USMLE ® Step 2 CK TARGETTED REVIEW IN FULL COLLOR. New York : Kaplan
c. Siswanto BB, et al. 2015. Pedoman tata laksana gagal jantung. Perhimpunan dokter spesialis kardiovaskular Indonesia 2015
d. Yancy CW, et al. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure : A Report of the American
Guidelines College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice. doi: 10.1161/CIR.0b013e31829e8776
e. Joseph SM, et al. 2009. Acute decompensated heart failure contemporary medical management. Tex Heart Inst J 2009; 36(6): 510–520.
f. Watson RDS, Gibbs CR, Lip GYG.ABC of heart failure Clinical features and complications. 2000. BMJ; 320(7229): 236–239.