Lung abscess
Lesi nekrotik pada jaringan yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah dalam parenkim paru. Kavitaas (abses) berisi debris atau cairan yang disebabkna oleh infeksi mikroba.
Sebelum ditemukan antibiotik, penyakit ini memiliki mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi (1/3 pasien meniggal dan 1/3 pasien mengalami abses rekuren).
Klasifikasi Abses paru :
a. Berdasarkan durasi :
- Akut (< 6 minggu)
- Kronis (> 6 minggu)
b. Berdasarkan etiologi :
- Primer (Aspirasi, necrotizing pneumonia, immunodefisiensi)
- Sekunder ( Obstruksi bronkus, Penyebaran secara hematogen, penyebaran dari infeksi mediastinum, penyakit paru yang mendasari)
c. Berdasarkan cara penyebaran :
- Bronkogenic (aspirasi, obstruksi oleh tumor, benda asing, pembesaran limfonodus, kelainan congenital)
- Hematogenic (Sepsis, infektif endocarditis, thromboembolism)
Sebelum ditemukan antibiotik, penyakit ini memiliki mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi (1/3 pasien meniggal dan 1/3 pasien mengalami abses rekuren).
Klasifikasi Abses paru :
a. Berdasarkan durasi :
- Akut (< 6 minggu)
- Kronis (> 6 minggu)
b. Berdasarkan etiologi :
- Primer (Aspirasi, necrotizing pneumonia, immunodefisiensi)
- Sekunder ( Obstruksi bronkus, Penyebaran secara hematogen, penyebaran dari infeksi mediastinum, penyakit paru yang mendasari)
c. Berdasarkan cara penyebaran :
- Bronkogenic (aspirasi, obstruksi oleh tumor, benda asing, pembesaran limfonodus, kelainan congenital)
- Hematogenic (Sepsis, infektif endocarditis, thromboembolism)
Etiologi
Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan abses paru :
a. Kuman anaerob (Bacteroides fragilis, Prevotella melaninogenica, Fusobacterium necrophorum, dan lainnya)
b. Pseudomonas aeruginosa (mortalitas tertinggi)
c. Klebsiella pneumonia
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pyogenes
Berdasarkan jalur infeksi :
a. Aspirasi (kuman anaerob) dari oropharyngeal normal flora, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran (Koma, pasien alkoholik), pasien dengan tracheostomy, intubasi, GERD, paranasal sinusitis
b. Dental / periodontal sepsis : Gingivitis
c. Penyebaran secara hematogen, cth : Sepsis, infective endocarditis, IV drug abuse, septic thromboemblism
d. Penyakit paru yang mendasari : Bronchiectasis, CF, Obstruksi bronkus : Tumor
*Segala hal yang menyebabkan bakteri terlokalisir di paru bisa disebut etiologi
*Kebanyakan kasus abses paru (90%) disebabkan oleh infeksi polymicrobial (Lebih dari 1 bakteri)
a. Kuman anaerob (Bacteroides fragilis, Prevotella melaninogenica, Fusobacterium necrophorum, dan lainnya)
b. Pseudomonas aeruginosa (mortalitas tertinggi)
c. Klebsiella pneumonia
d. Staphylococcus aureus
e. Streptococcus pyogenes
Berdasarkan jalur infeksi :
a. Aspirasi (kuman anaerob) dari oropharyngeal normal flora, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran (Koma, pasien alkoholik), pasien dengan tracheostomy, intubasi, GERD, paranasal sinusitis
b. Dental / periodontal sepsis : Gingivitis
c. Penyebaran secara hematogen, cth : Sepsis, infective endocarditis, IV drug abuse, septic thromboemblism
d. Penyakit paru yang mendasari : Bronchiectasis, CF, Obstruksi bronkus : Tumor
*Segala hal yang menyebabkan bakteri terlokalisir di paru bisa disebut etiologi
*Kebanyakan kasus abses paru (90%) disebabkan oleh infeksi polymicrobial (Lebih dari 1 bakteri)
Patogenesis dan patologi
Ketika bakteri / agen etiologi masuk ke dalam paru, sistem imun bereaksi. Hal ini menyebabkan inflamasi pada tempat infeksi dan kematian sel2 sekitar (pneumonia) sehingga terjadi pembentukan suatu kavum, yang nantinya diisi oleh pus. Abscess terbentuk sebagai mekanisme pertahanan agar bakteri tidak menyebar ke tempat yang lain
Tanda dan gejala
a. Tachypnea
b. Fever
c. Tachycardia
d. Chest pain , penurunan expansi dada
e. Cyanosis
f. Batuk, hemoptysis
g. Chest assessment : dull percussion, peningkatan tactile dan vocal fremitus, bronchial breath sounds, hilangnya suara nafas, Friction rub
b. Fever
c. Tachycardia
d. Chest pain , penurunan expansi dada
e. Cyanosis
f. Batuk, hemoptysis
g. Chest assessment : dull percussion, peningkatan tactile dan vocal fremitus, bronchial breath sounds, hilangnya suara nafas, Friction rub
Diagnosis
a. Chest x ray : air-fluid level
b. CT scan dengan kontras, merupakan modalitas yang paling sensitif dan spesifik. Terlihat gambaran abses pada paru yang berisi cairan atau udara dan cairan yang dikelilingi konsolidasi. Dinding abses tebal dan permukaan dalamnya bersifat irregular
b. gram stain , Acid fast stain , anaerobic culture
c. Bronchoscopy
d. Aspirasi jarum perkutan
b. gram stain , Acid fast stain , anaerobic culture
c. Bronchoscopy
d. Aspirasi jarum perkutan
Treatment and management
a. Antibiotik (tergantung etiologi)
Anaerob : Clindamycin 3x600mg iv , dilanjutkan 4x300 mg oral/ hari
bisa juga kombinasi Beta lactam dan Beta lactamase inhibitor
*Jumlah antibiotik yang digunakan >1 , mengingat 90% kasus abses paru disebabkan oleh infeksi polimikroba
*Terapi antibiotik selama 4-7 hari
b. Percutaneous trans thoracic tube drainage, aspirasi pus dengan menggunakan jarum dan spuit khusus
c. Pembedahan (Chest tube drainage dan Reseksi paru) : pada beberapa kasus yang sulit, terapi antibioitk tidak berbuah hasil (gejala persisten selamam\ 12 minggu setelah terapi), abscess besar (lebih dari 6cm)
*pada kasus aspergilloma (fungus ball) wajib reseksi
Anaerob : Clindamycin 3x600mg iv , dilanjutkan 4x300 mg oral/ hari
bisa juga kombinasi Beta lactam dan Beta lactamase inhibitor
*Jumlah antibiotik yang digunakan >1 , mengingat 90% kasus abses paru disebabkan oleh infeksi polimikroba
*Terapi antibiotik selama 4-7 hari
b. Percutaneous trans thoracic tube drainage, aspirasi pus dengan menggunakan jarum dan spuit khusus
c. Pembedahan (Chest tube drainage dan Reseksi paru) : pada beberapa kasus yang sulit, terapi antibioitk tidak berbuah hasil (gejala persisten selamam\ 12 minggu setelah terapi), abscess besar (lebih dari 6cm)
*pada kasus aspergilloma (fungus ball) wajib reseksi
Komplikasi
a. Empyema
b. Bronchopleural fistula
c. Pneumothorax
d. Metastatic cerebral abscess
e. Sepsis
f. Fibrosis , Bronchiectasis, amyloidosis
b. Bronchopleural fistula
c. Pneumothorax
d. Metastatic cerebral abscess
e. Sepsis
f. Fibrosis , Bronchiectasis, amyloidosis
Sumber
a. Kuliah blok kardiorespi FKUB 2015
b. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
c. Kamangar N. 2015. Lung abscess. [Online] Diakses 1 Januari 2016 [Dari : http://emedicine.medscape.com/article/299425]
d. Burke CT. Management of Pleural Effusion, Empyema, and Lung abscess. Semin Intervent Radiol. 2011 Mar; 28(1): 75–86
b. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
c. Kamangar N. 2015. Lung abscess. [Online] Diakses 1 Januari 2016 [Dari : http://emedicine.medscape.com/article/299425]
d. Burke CT. Management of Pleural Effusion, Empyema, and Lung abscess. Semin Intervent Radiol. 2011 Mar; 28(1): 75–86