Parotitis
Sering disebut sebagai penyakit gondongan / mumps. Ciri khas dari penyakit ini adalah pembesaran non supuratif kelenjar liur secara bilateral (Pada kasus yang jarang, pembesaran secara unilateral) . Kelenjar liur yang paling sering membengkak adalah kelenjar parotis (Kelenjar air liur yang lain yaitu sublingual dan submandibular). Artikel ini terutama akan membahas Parotitis yang disebabkan oleh virus mumps.
Penyakit ini bersifat ringan pada anak2, namun pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit yang lebih berat karena virus dapat menyerang organ lain.
Mumps merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, sehingga kasus sering terjadi pada anak2 dan remaja dimana cakupan vaksinasi tidak memadai. Kasus epidemik sering terjadi pada perkumpulan anak2 dan remaja seperti perkemahan militer , sekolah, dan lain sebagainya. Insiden diperkirakan 100-1000 kasus per tahunnya pada daerah yang cakupan vaksinasinya tidak memadai.
Penyakit ini bersifat ringan pada anak2, namun pada orang dewasa dapat menyebabkan penyakit yang lebih berat karena virus dapat menyerang organ lain.
Mumps merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi, sehingga kasus sering terjadi pada anak2 dan remaja dimana cakupan vaksinasi tidak memadai. Kasus epidemik sering terjadi pada perkumpulan anak2 dan remaja seperti perkemahan militer , sekolah, dan lain sebagainya. Insiden diperkirakan 100-1000 kasus per tahunnya pada daerah yang cakupan vaksinasinya tidak memadai.
Etiologi
Mumps virus, berasal dari genus Paramyxovirus bersama virus lain seperti Measles, Parainfluenza
Transmisi
Droplet udara, saliva, fomite
Patologi dan patogenesis
Masa inkubasi virus berkisar 2-4 minggu, pengeluaran virus dari pasien yang terinfeksi dimulai dari 3 hari sebelum sampai 9 hari setelah pembengkakan kelenjar air liur)
Pada saat virus masuk ke tubuh pasien, virus bereplikasi di mukosa hidung atau mukosa saluran pernafasan atas (replikasi primer), menginfeksi sel monosit di limfonodus sekitar sehingga virus menimbulkar reaksi inflamasi di situ. Pada akhirnya virus akan bermigrasi ke air liur dan ke peredaran sistemik (viremia), Selanjutnya virus dapat bereplikasi di tempat lain seperti testis, pankreas, ovarium, kelenjar susu, dan sistem syaraf pusat.
Hal ini mengakibatkan spektrum penyakit dapat beragam seprti orkitis (radang pada testis) , pancreatitis, meningitis.
Immunitas virus bersifat seumur hidup, secara kasar, 1x terinfeksi maka tidak akan terinfeksi lagi, walaupun pada kasus yang sangat jarang dilaporkan adanya reinfeksi.
Antibodi terhadap mumps ditransfer dari ibu yang memiliki imunitas (igG) pada saat melahirkan dalam bentuk igG dan bertahan pada 1 tahun awal kehidupan, sehingga anak2 berumur <1 tahun sangat jarang terkena penyakit mumps.
Pada saat virus masuk ke tubuh pasien, virus bereplikasi di mukosa hidung atau mukosa saluran pernafasan atas (replikasi primer), menginfeksi sel monosit di limfonodus sekitar sehingga virus menimbulkar reaksi inflamasi di situ. Pada akhirnya virus akan bermigrasi ke air liur dan ke peredaran sistemik (viremia), Selanjutnya virus dapat bereplikasi di tempat lain seperti testis, pankreas, ovarium, kelenjar susu, dan sistem syaraf pusat.
Hal ini mengakibatkan spektrum penyakit dapat beragam seprti orkitis (radang pada testis) , pancreatitis, meningitis.
Immunitas virus bersifat seumur hidup, secara kasar, 1x terinfeksi maka tidak akan terinfeksi lagi, walaupun pada kasus yang sangat jarang dilaporkan adanya reinfeksi.
Antibodi terhadap mumps ditransfer dari ibu yang memiliki imunitas (igG) pada saat melahirkan dalam bentuk igG dan bertahan pada 1 tahun awal kehidupan, sehingga anak2 berumur <1 tahun sangat jarang terkena penyakit mumps.
Tanda dan gejala
a. Diawali dengan gejala prodromal seperti : Demam rendah, malaise, myalgia, nyeri kepala, dan anorexia
b. Pembesaran kelenjar air liur parotis, nyeri tekan, terkadang angulus mandibula tidak dapat dipalpasi dan pembesaran dapat mendorong telinga.
c. Pasien dapat mengeluhkan nyeri telinga, sulit menelan dan makan bahkan untuk berbicara
d. Pembesaran kelenjar parotis meningkat dalam 2-3 hari dan biasanya menghilang dalam waktu 1 minggu
b. Pembesaran kelenjar air liur parotis, nyeri tekan, terkadang angulus mandibula tidak dapat dipalpasi dan pembesaran dapat mendorong telinga.
c. Pasien dapat mengeluhkan nyeri telinga, sulit menelan dan makan bahkan untuk berbicara
d. Pembesaran kelenjar parotis meningkat dalam 2-3 hari dan biasanya menghilang dalam waktu 1 minggu
Diagnosis
a. Kebanyakan kasus didiagnosis secara klinis dan anamnesis -> Pembesaran kelenjar parotis disertai dengan imunisasi yang tidak lengkap.
b. Deteksi virus dengan RT-PCR
c. Serologi -> Mendeteksi kadar igM virus terutama pada pasien yang belum tervaksinasi
b. Deteksi virus dengan RT-PCR
c. Serologi -> Mendeteksi kadar igM virus terutama pada pasien yang belum tervaksinasi
Treatment and management
Mumps merupakan penyakit jinak dan cenderung dapat pulih dengan sendirinya. Terapi sebaiknya diutamakan pada terapi simptomatis dan rehidrasi yang cukup.
Beberapa hal yang dapat dilakukan :
a. Pemberian analgesik
b. Kompres hangat atau dingin pada tempat pembengkakan
Beberapa hal yang dapat dilakukan :
a. Pemberian analgesik
b. Kompres hangat atau dingin pada tempat pembengkakan
Komplikasi
a. Orkitis (inflamasi pada testis) -> Pada kasus yang jarang dapat menyebabkan sterilitas
b. Meningitis, merupakan komplikasi yang paling sering, bermanifestasi seperti aseptic meningits / viral meningitis, terjadi pada 10% kasus
c. Pancreatitis -> Distensi abdomen disertai dengan nyeri, mual dan muntah, dan adanya peningkatan serum lipase.
d. Tuli permanen
b. Meningitis, merupakan komplikasi yang paling sering, bermanifestasi seperti aseptic meningits / viral meningitis, terjadi pada 10% kasus
c. Pancreatitis -> Distensi abdomen disertai dengan nyeri, mual dan muntah, dan adanya peningkatan serum lipase.
d. Tuli permanen
Pencegahan
Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) sesuai dengan rekomendasi Depkes pada saat anak berusia 12-15 bulan dan 4-6 tahun
Sumber
a. Kuliah blok mikrobiologi FKUB 2014
b. Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York : McGrawHill
c. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
d. CDC. 2015. Mumps [Online] Diakses 15 Desember 2015 [Dari : http://www.cdc.gov/mumps/hcp.html]
d. Barskey AE. Schulte C. Rosen JB. Handschur EF. Phung ER. Doll MK. Mumps Outbreat in Orthodox Jewish Communities in the United States. 2012. N Engl J Med;367:1704-1713
e. Galazka AM. Robertson SE. Kraigher A. Mumps and mumps vaccine: a global review. 1999. Bull World Health Organ;77(1):3-14
b. Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York : McGrawHill
c. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill
d. CDC. 2015. Mumps [Online] Diakses 15 Desember 2015 [Dari : http://www.cdc.gov/mumps/hcp.html]
d. Barskey AE. Schulte C. Rosen JB. Handschur EF. Phung ER. Doll MK. Mumps Outbreat in Orthodox Jewish Communities in the United States. 2012. N Engl J Med;367:1704-1713
e. Galazka AM. Robertson SE. Kraigher A. Mumps and mumps vaccine: a global review. 1999. Bull World Health Organ;77(1):3-14