Pneumonia (Bakterial)
Radang pada parenkim paru (alveolus) dan terkadang juga pada bronkhiolus respiratorius. Dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru di tempat yang terinfeksi dan menyebabkan gangguan pertukaran gas udara setempat. Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk dalam kasus ini.
Pnemonia merupakan penyakit infeksius yang menyebabkan paling banyak kematian di Amerika Serikat, dan merupakan satu-satunya penyakit infeksi yang termasuk dalam 10 besar penyakit pembunuh terbanyak didunia..
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Klasifikasi pneumonia dibagi menjadi :
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
b. Berdasarkan bakteri penyebab :
c. Berdasarkan predileksi infeksi :
Pada bahasan kali ini akan dibahas pneumonia bakterial / Tipikal
Pnemonia merupakan penyakit infeksius yang menyebabkan paling banyak kematian di Amerika Serikat, dan merupakan satu-satunya penyakit infeksi yang termasuk dalam 10 besar penyakit pembunuh terbanyak didunia..
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Klasifikasi pneumonia dibagi menjadi :
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
- Pneumonia kommuniti (CAP / Community Acquired Pneumonia)
- Pneumonia Nosokomial ( Hospical-Acquired Pneumonia / Nosocomial Pneumonia)
- Pneumonia aspirasi
- Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan bakteri penyebab :
- Pneumonia bakterial / tipikal
- Pneumonia atipikal
- Pneumonia virus
- Pneumonia jamur
c. Berdasarkan predileksi infeksi :
- Pneumonia lobaris
- Bronkopneumonia
- Pneumonia interstisial
Pada bahasan kali ini akan dibahas pneumonia bakterial / Tipikal
Etiologi
- S. Pneumoniae (40% dari total kasus)
- H.infuenza (pada pasien perokok, adanya PPOK, penyakit cardiopulmonal)
- Moraxella catarrhalis (eksaserbasi dari bronchitis kronis)
- P.aeruginosa : Pasien bronkiektasis, terapi steroid, malnutrisi dan immunosuppresi
- Klebsiella pneumonia (Friedlander’s pneumonia) : pada orang alkoholi
- Mycoplasma pneumonia : sering pada orang muda, dan ada manifestasi kulit
- Legionella pneumonia : Diare dan Hyponatremia merupakan ciri khasnya
- Staphylococcus aureus
- Flora normal orofaring
Transmisi
a. Droplet : S.pneumoniae
b. Pemakaian slang infus, post infeksi influenza : S.aureus
c. Pemakaian ventilator : P.aeruginosa dan enterobacter
d. Aspirasi : flora normal orofaring
e. Hematogen (dari sepsis)
b. Pemakaian slang infus, post infeksi influenza : S.aureus
c. Pemakaian ventilator : P.aeruginosa dan enterobacter
d. Aspirasi : flora normal orofaring
e. Hematogen (dari sepsis)
Patologi dan patogenesis
Bakteri bisa masuk ke dalam jaringan paru dengan berbagai mekanisme. Ketika bakteri sudah sampai di jaringan paru akan ada respon imun berupa makrofag alveolar yang akan memusnahkan bakteri. Makrofag ini akan memfagositosis bakteri dan mengeluarkan berbagia jenis sitokin (IL-1 dan TNF-α) yang berperan sebagai timbulnya rekasi inflamasi pada jaringan paru dan perekrutan sel2 PMN menuju tempat infeksi.
Terdapat 4 tahap perjalanan pneumonia (lobar pneumonia)
a. Congestion : Eksudat pada parenkim paru, proliferasi bakteri
b. Red hepatization : gambaran seperti lobus hepar di parenkim paru yang mengalami konsolidasi, Airspace terisi PMN, pada potongan gross paru warna menjadi merah
b. Gray hepatization : akumulasi fibrin , ruang alveolus dipenuhi dengan eksudat inflamasi
c. Resolutio
Terdapat 4 tahap perjalanan pneumonia (lobar pneumonia)
a. Congestion : Eksudat pada parenkim paru, proliferasi bakteri
b. Red hepatization : gambaran seperti lobus hepar di parenkim paru yang mengalami konsolidasi, Airspace terisi PMN, pada potongan gross paru warna menjadi merah
b. Gray hepatization : akumulasi fibrin , ruang alveolus dipenuhi dengan eksudat inflamasi
c. Resolutio
Tanda dan gejala
a. Batuk
b. Demam
c. Sesak nafas
d. Malaise
e. Tackipnea
f. Takikardi
b. Demam
c. Sesak nafas
d. Malaise
e. Tackipnea
f. Takikardi
Diagnosis
a. CXR (Dapat terlihat infiltrasi, konsolidasi)
Terdapat 3 jenis pneumonia dilihat dari gambaran radiologisnya :
*Kriteria sputum yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN >25 per lapang pandang, dan sel epitel <10 per lapang pandang
c. CBC (Leukositosis)
d. Kultur sputum
Terdapat 3 jenis pneumonia dilihat dari gambaran radiologisnya :
- Lobar pneumonia : Radang pada alveolus. Infiltrat / konsolidasi pada 1 lobus, dengan Air bronchogram (+)
- Bronchopneumonia : Radang pada alveolus dan bronkiolus. Infiltrat / konsolidasi di hampir seluruh lapang paru, dengan Air bronchogram (-)
- Interstisial pneumonia : Bentukan infiltrate reticular. Sering pada pneumonia oleh karena virus, atau atypical pneumonia)
*Kriteria sputum yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan biakan yaitu bila ditemukan sel PMN >25 per lapang pandang, dan sel epitel <10 per lapang pandang
c. CBC (Leukositosis)
d. Kultur sputum
Treatment and management
Salah satu metode untuk menentukan apakah seseorang di rawat inap atau di rawat jalan adalah dengan skor CURB-65
Yang terdiri dari :
a. Confusion
b. blood Urea nitrogen (BUN) >
c. RR > 30
d. Blood pressure , sistolik <90mmHg, Diastolik ≤60mmHg
e. 65, Umur ≥65
Keterangan :
a. Setiap poin A-E diatas bernilai 1 poin
b. 1 Poin : 2.7% mortalitas dalam 30 hari : Pasien dapat dirawat jalan
c. 2 Poin : 6.8% mortalitas dalam 30 hari : Pertimbangkan untuk rawat inap atau rawat jalan dengan monitor ketat
d. 3 poin : 14% mortalitas dalam 30 hari : Pasien di rawat inap dan pertimbangkan untuk masuk ruang intensif
e. 4 poin : 27,8% mortalitas dalam 30 hari : Pasien d rawat inap danpertimbangkan untuk masuk ruang intensif
f. 5 Poin : Sama dengan 4 poin
Obat2an farmakologi yang dapat digunakan untuk terapi pasien :
a. Pasien rawat jalan tanpa penggunaan antibiotik sebelumnya : Gol Macrolida (Azithromycin, Erythromycin) atau doksisiklin
b. Pasien rawat jalan dengan penggunaan antibioitk sebelumnya : (Macrolida atau doksisiklin) + (Amoxiclav atau cephalosporin gol 2) atau Fluorokuinolon*
c. Pasien rawat inap : (cephalosporin gol 3 + Macrolida) atau Fluorokuinolon*
d. Pasien rawat inap ICU : (Cephalosporin gol 3 atau Ampicilin-sulbactam)
e. Jika dicurigai infeksi Pseudomonas : Gunakan obat2an anti pseudomonas seperti : Carbapenem atau Tikasilin-klavulanat atau Piperacilin + Tazobactam ditambah dengan gol aminoglikosida, fluorokuinolon.
f. Kasus aspirasi : (Cephalosporin gol 3 / Fluorokuinolon*) ± (Clindamycin atau metronidazole)
*Fluorokuinolon yang digunakan adalah respiratory fluoroquinolone yaitu levofloxacin, gatifloxacin, moxifloxacin dan bukan dengan ciprofloxacin
Yang terdiri dari :
a. Confusion
b. blood Urea nitrogen (BUN) >
c. RR > 30
d. Blood pressure , sistolik <90mmHg, Diastolik ≤60mmHg
e. 65, Umur ≥65
Keterangan :
a. Setiap poin A-E diatas bernilai 1 poin
b. 1 Poin : 2.7% mortalitas dalam 30 hari : Pasien dapat dirawat jalan
c. 2 Poin : 6.8% mortalitas dalam 30 hari : Pertimbangkan untuk rawat inap atau rawat jalan dengan monitor ketat
d. 3 poin : 14% mortalitas dalam 30 hari : Pasien di rawat inap dan pertimbangkan untuk masuk ruang intensif
e. 4 poin : 27,8% mortalitas dalam 30 hari : Pasien d rawat inap danpertimbangkan untuk masuk ruang intensif
f. 5 Poin : Sama dengan 4 poin
Obat2an farmakologi yang dapat digunakan untuk terapi pasien :
a. Pasien rawat jalan tanpa penggunaan antibiotik sebelumnya : Gol Macrolida (Azithromycin, Erythromycin) atau doksisiklin
b. Pasien rawat jalan dengan penggunaan antibioitk sebelumnya : (Macrolida atau doksisiklin) + (Amoxiclav atau cephalosporin gol 2) atau Fluorokuinolon*
c. Pasien rawat inap : (cephalosporin gol 3 + Macrolida) atau Fluorokuinolon*
d. Pasien rawat inap ICU : (Cephalosporin gol 3 atau Ampicilin-sulbactam)
e. Jika dicurigai infeksi Pseudomonas : Gunakan obat2an anti pseudomonas seperti : Carbapenem atau Tikasilin-klavulanat atau Piperacilin + Tazobactam ditambah dengan gol aminoglikosida, fluorokuinolon.
f. Kasus aspirasi : (Cephalosporin gol 3 / Fluorokuinolon*) ± (Clindamycin atau metronidazole)
*Fluorokuinolon yang digunakan adalah respiratory fluoroquinolone yaitu levofloxacin, gatifloxacin, moxifloxacin dan bukan dengan ciprofloxacin
Sumber
a. Kuliah blok kardiorespi FKUB 2015
b. Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. New York : McGrawHill
c. Buku ajar ilmu penyakit dalam PAPDI edisi 4
d. Metersky ML. Masterton RG. Lode H. File TM. Babinchak T. Epidemiology, microbiology, and treatment consideraitons for bacterial pneumonia complicating influenza. 2012. International Jounal of Infectious disease Vol 16, issue 5, pages 321-331
e. Sabtine MS. 2011. The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine. Philadelphia: Wolters kluwers.
f. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.
b. Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. New York : McGrawHill
c. Buku ajar ilmu penyakit dalam PAPDI edisi 4
d. Metersky ML. Masterton RG. Lode H. File TM. Babinchak T. Epidemiology, microbiology, and treatment consideraitons for bacterial pneumonia complicating influenza. 2012. International Jounal of Infectious disease Vol 16, issue 5, pages 321-331
e. Sabtine MS. 2011. The Massachusetts General Hospital Handbook of Internal Medicine. Philadelphia: Wolters kluwers.
f. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.